Kemiskinan yang menjerat Mistani (90), warga Dusun Soloh Timur, Desa Murtajih, Madura, memaksanya tinggal di sebuah pondok berukuran 3 x 2 meter. Nenek renta ini tidak tinggal sendiri, tetapi ditemani tujuh ekor itik peliharaannya.
Rumah tinggalnya sekaligus berfungsi sebagai kandang itiknya. Bau amis menyeruak di dalam rumahnya. Sebab, kotoran bebek dan kotoran Mistani bercampur menjadi satu. Di rumah itu, memang tidak dilengkapi tempat mandi cuci yang memadai.
Berdasarkan penuturan Mistani, setelah suaminya, Sumo, dan anaknya, Asmo, meninggal dunia beberapa tahun lalu dirinya tinggal sebatang kara. Tak ada sanak saudaraya yang membantunya. "Suami dan anak saya menjadi sandaran satu-satunya. Namun, keduanya sudah meninggal," katanya, Rabu (20/7/2011), dengan nada terbatas.
Rumah yang ia tempati saat ini bukanlah miliknya, melainkan tempat tinggal yang dibuatkan oleh para tetangga Mistani. Munawar (45), tetangga Amyani, mengatakan, setelah ditinggal suaminya, Amyani tidak punya tempat tinggal sehingga masyarakat bertekad untuk membuatkan pondoksederhana.
Selama tinggal di situ keperluan makan Amyani hanya menunggu belas kasihan para tetangganya. Selama ini yang rajin memberi makan Amyani adalah Wati. "Saya tidak tega melihat dia kerana sudah tua renta dan tidak boleh bekerja mencari nafkah lagi," tutur Wati.
Satu-satunya kekayaan Amyani adalah tujuh itiknya. Untuk memenuhi makan ketujuh itiknya, Amyani selalu menyisihkan makanan dari hasil pemberian para tetangganya. "Kalau itiknya bertelur saya jual," imbuhnya.
Melihat penderitaan Amyani, Pemerintah Daerah Pamekasan pun tergerak untuk membantunya. Amyanimasih boleh bernapas lega. Pasalnya, kini ia memperoleh bantuan wang sebesar Rp 2 juta. Bantuan tersebut menurut Bupati Pamekasan Kholilurrahman untuk biaya hidup sehari-hari. "Sementara itu yang boleh kami bantu. Selanjutnya akan kami upayakan pembangunan tempat tinggal yang lebih layak sekaligus dengan biaya hidupnya," kata Bupati Kholil.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment